cerpen motivasi terbaru

Aku berjalan diantara daun yang bejatuhan aku merasakan setiap nafas yang aku hirup betapa aku merasakannya, indahnya dunia tak terkira aku berjalan sendiri tiada tepi tak tau arah yang harus aku tuju tapi aku tetap menikmatinya akuterus berjalan hingga matahari terbenam, tak ku sangka ini gelap! Tak satupun cahaya bersinar di sepanjang jalan ini, aku meraba raba, takut! Inilah yang saat ini aku rasakan aku hanya sendiri tanpa seseorang pun yang menemani, aku berjalan dengan lirik ku langkahkan kakiku sedikit demi sedikit sampai akhirnya ku menemukan setitik cahaya berada dipenghujung jalan ini kuhampiri dengan cepat karena aku tau aku sangat membtuhkannya, aku berlari menghampirinya dekat dan semakin dekat ternyata seseorang berbaju putih yang membawanya aku mengejarnya hingga sampailah aku di dekatnya, aku terengah engah, lelah! Ia menyentuh daguku dan tersenyum, tolong aku? Kataku lirih
“Syanda?”
“dari mana kau mengetahui namaku?” jawabku bingung ia hanya tersenyum
“tolong aku, aku tersesat” tambahku lirih ia kembali tersenyum padaku
“kau ingin cahaya ini?” jawabnya sabar aku menggaguk denga cepat
“raihlah syanda, kau bisa mendapatkannya sendiri bahkan kau bisa mendapatkan cahaya yang lebih bersinar dari ini” jawabnya lembut, kemudian ia menjauh dariku perlahan lahan menjauh semakin jauh dan akhirnya menghilang, aku berteriak sekencang mungkin, “jangan pergi” teriakku padanya keberteriak berulang ulang tapi apa daya iya tak kunjung kembali cahaya itu hilang
“tolooonnngggg..”
Kubuka mataku dengan perasaan yang sangat mencekam aku ketakutan atas mimpi yang baru saja aku alami, aku bernafas mencoba menenangkan diri oh tuhan mimpi apa aku ini, mungkin karena aku sedang dalam keadaan yang sangat kacau.
**
Matahari besinar seakan menyambutku untuk menikmatinya tapi aku terbangun dengan hati gundah karena ini adalah tes ujian yang kesekian kalinya untuk aku lulus mengikuti program beasiswa luar negri, entah kenapa begitu bodohnya diriku karena sampai saat ini pun aku gagal dalam melakukan ujian. Aku berjalan menuju ruang guruku, ialah yang setia mengajarkanku untuk terus berjuang sampai aku mendapatkan apa yang aku inginkan katanya “anggap saja kegagalan ini adalah latihan untuk kamu” aku tersenyum sinis lelah! Yap, ini sangat melelahkan ingin rasanya aku bebas atas semua kegagalan yang terus berpihak padaku ini, tuhan kalau buka karena ibuku aku tak akan susah payah berjuang seperti ini.
Jam menunjukan pukul 4 sore hari setelah aku melakukan ujian yang ke-17 kali kurang lebih tidak tau hasilnya akan seperti apa aku tak begitu memikirkannya. Aku memutuskan untu pulang kerumah karena esok hari adalah hari minggu, yang kumiliki saat ini adalah ibuku, ayahku meninggal karena bunuh diri aah aku tak igin membahasnya bagaimana ayahku bisa melakukan hal yang sangat mengerikan itu. Ibuku berpesan untuk tidak mengingat tentang itu lagi.sudahlah aku hanya perlu membahagiakan ibuku saat ini, tak ada tujuanku yang lain selain membuatnya bangga padaku.
Aku membuka pintu menuju rumahku kudapatkan sosok yang sudah tua renta tersenyum padaku, aah aku tidak suka pemandangan seperti ini hanya akan membuatku menangis saja
“syanda kau pulang” aku mencium tangannya yang suda lemas tak berdaya
“ibu sehat?” ia mengangguk tersenyum padaku, rasanya aku ingin menagis mendekapnya atas apa cobaan yang ku hadapi saat ini tapi aku tak ingin membuatnya besedih. Aku tersenyum kepadanya “kalau begitu syanda istirahat ya bu” aku beranjak meninggalkannya
“syanda, kamu sehat nak?” aku tersenyum dan mengangguk kemudian berlalu pergi menuju kamarku
**
Malam pun tiba aku membuka laptopku karena hasil ujianku akan dikirim melalui email, tepat saat aku membuka email ku sebuah pesan masuk aku tak sabar melihatnya, aku membacanya dengan antusias disaat aku membacanya ternyata.. seketika mataku berkedip dan bekaca kaca melihat tulisan bahwa aku harus mengulang kembali ujianku jika aku ingin lulus untuk mendapatkan beasiswa itu, spontan aku berteriak “aaaaaaaaaaaaaiiissshhhhh” aku mangis terisak isak hatiku hancur aku memukul mukul kepalaku rasanya apa yang menyebabkan kepalaku ini sangat bodoh, aku memang tak berguna, macam ini saja aku tak bisa bagaimana aku membahagiakan ibuku? “aaaaahhhhh” aku kembali berteriak sampai ibuku masuk ke dalam kamarku
“syanda ada apa denganmu nak?” aku tak ingin melihat wajahnya karena aku malu, aku menutupinya dengan kedua tanganku
“aku bodoh.. aku bodoh bu, aku anak yang tidak berguna” jawabku sambil menagis terisak-isak
“syanda kau cerdas nak, siapa yang bebicara kau bodoh sayang” jawabnya tetap lembut
“buktinya aku selalu gagal” tangisku semakin menjadi jadi
“bu, aku hanya ingin ibu tersenyum bangga padaku, aku ingin membahagiakanmu, tapi apa? Otaku ini tak berguna sama sekali tak berguna aku selalu gagal” ia memeluku dan mengusap rambutku
“syanda, sampai kapanpun anak ibu adalah kebanggaanku, kau menjadi anak sholehah saja itu sudah lebih menjadi kebanggan ibu nak, jangan pernah menyerah kau bisa meraihnya percayalah”
“syanda,di dunia ini tidak ada sesusatu yang tidak melalui proses semua akan melewatinya dengan susah payah”
“syanda, ingat libatkanlah Allah dalam segala urusannmu karena Diala yang maha penolong segala sesuatu” aku melihat wajahnya yang becahaya
“kuatkanlah tekadmu nak, kau pasti bisa melaluinya”
Oh tuhan karena ibukulah yang tak pernah aku sedikitpun menyerah, karena ibukulah harapanku, yaAllah ya tuhanku lindungilah ibuku, jauhkanlah dia dari mara bahaya, lapangkanlah rizki kepadanya, ya Allah ya tuhanku aku takan menyerah untuk membuatnya bahagia, aku takan menyerah untuk membuatnya tersenyum bangga padaku.
Ibu aku sangat menyayangimu tunggulah kesuksesanku, tunggulah karena aku mencintaimu.

Nur resma yarinta
Menejemen bisnis 1



Komentar